Tuesday 20 June 2017

TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PEMBUATAN SKOR HASIL TES HASIL BELAJAR

TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PEMBUATAN SKOR HASIL TES HASIL BELAJAR

MATA KULIAH “EVALUASI PENDIDIKAN IPS”





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
          Hasil tes belajar yang dilakukan oleh guru menyelenggarakan tes hasil belajar secara tertulis (tes tertulis), ada juga secara lisan (tes lisan) dan ada juga yang dengan perbuatan (praktek). Adanya perbedaan penyelenggaraan tes hasil belajar tersebut, sudah barang tentu menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan hasil-hasilnya (koreksi) dan adanya pembedaan pula dalam rangka pemberian skor.
          Menurut Depdiknas (2007: 4), penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1.  Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5.  Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6.  Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7.  Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8.  Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya
          Sebagai pendidik (guru), untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atau teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan.
          Dalam makalah ini, kami juga membahas bahwa tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes hasil belajar tertulis bentuk uraian dan tes hasil belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk tes hasil itu memiliki karakteristik yang berbeda.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa saja teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar?
2.      Apa saja teknik pembuatan skor hasil tes hasil belajar?

C.    Tujuan Penyusunan Makalah
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar.
2.      Untuk mengetahui pembuatan skor hasil tes hasil belajar.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Skor dan Nilai
Menurut Sudijono, Anas (2009) bahwa perbedaan antara skor dan nilai yaitu:
a.       Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.
b.      Nilai adalah angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta dengan menggunakan acuan/standar tertentu, yakni acuan patokan dan acuan norma.
Dalam istilah-istilah yang berhubungan dengan tes yaitu :
1.Tes adalah alat atau prosedur ysng digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
2.Testing, merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan atau saat pengambilan tes.
3.Testee (tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuan, bakat, minat, pencapaian, dan sebagainya.
4.Tester (pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi. Tugasnya adalah mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, membagikan lembaran tes dan alat lain, menerangkan cara mengerjakan tes, mengawasi, memberikan tanda waktu, mengumpulkan pekerjaan, mengisi berita acara atau laporan lain yang diperlukan.

              Terdapat juga, istilah bobot. Bobot  merupakan bilangan yang dikenakan terhadap setiap butir soal yang nilainya ditentukan berdasarkan usaha siswa (testi) dalam menyelesaikan soal itu. Tinggi rendahnya usaha dipengaruhi oleh derajat kesukaran dan waktu yang diperlukan untuk menjawab soal yang bersangkutan
Menurut Purwanto, Ngalim (1994) bahwa penilaian terdapat dua, yaitu
a.       Penilaian Acuan Patokan (PAP)
              Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu mengacu pada suatu kriteria pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
              Sebagai contoh, misalkan untuk dapat diterima sebagai calon penerbang di sebuah lembaga penerbangan, setiap calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 165 cm dan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) serendah-rendahnya 130 cm. Berdasarkan kriteria atau patokan itu, siapapun calon yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan diterima sebagai calon penerbang.

b.      Penilaian Acuan Norma (PAN)
              Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok, nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.
              Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Nilai hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam peringkat kelompoknya.

2.2.       Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar
2.2.1.      Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis
              Tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan tes hasil belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula (Sudijono, Anas; 2009).

              a.  Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian
                   Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak atau: (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
                   Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1)    Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2)    Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3)    Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan.
Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar relatif (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1)    Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2)    Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee.
3)    Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya
4)    Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai (Sudijono, Anas; 2009).


              b. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Obyektif
              Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu  sebagai berikut (Sudijono, Anas; 2009).
1)   Kunci berdampingan (strip keys)
              Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa, lalu cocokkan, apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda positif ( + ) dan apabila salah diberi tanda negatif (-).
2)   Kunci system karbon ( carbon system key )
              Pada kunci jawaban sistem ini teste diminta membubuhkan tanda silang  ( X ) pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar  jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
3)   Kunci system tusukan ( panprick system key )
Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak perbedaannya ialah pada kunci sistem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban testee berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4)   Kunci berjendela ( window key )
Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a)   Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong
b)   Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela
c)    Lembar jawaban teste diletakan dibawah  kunci berjendela
d)   Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertikal dengan pensil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.

2.2.2.      Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Lisan
              Pemeriksaan yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing mempunyai ciri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif (Buchori, Mustar, 1990).
              Dalam hal ini, pemeriksaan terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut :
a.    Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
Pernyataan tersebut mengandung makna “apakah jawaban yang diberikan oleh testee sudah memenuhi semua unsur yang seharusnya ada dan sesuai dengan kunci jawaban yang telah disusun oleh tester”.
b.    Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan kepada testee itu cukup lancar sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya
c.    Kebenaran jawaban yang dikemukakan
Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester, belum tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar memperhatikan jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau sebaliknya.
d.   Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan kepadanya.  Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsur lain yang dirasa perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam menghadapi penguji/tester (Sudijono, Anas; 2009).

2.2.3.      Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Perbuatan
              Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil-hasil tes nya dilakukan dengan menggunakan observasi (pengamatan). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes tersebut diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.

2.3.       Teknik Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar
2.3.1.      Pemberian Skor Pada Tes Uraian
              Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
              (1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak atau:
              (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
              Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2)    Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3)    Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan.
              Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar relatif (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1)    Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2)    Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee.
3)    Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya
4)    Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai (Sudijono, Anas; 2009).

2.3.2.      Pemberian Skor Pada Tes Objektif
       Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu  sebagai berikut (Sudijono, Anas; 2009):
          1)   Kunci berdampingan ( strip keys )
       Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa, lalu cocokkan, apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda (+) dan apabila salah diberi tanda (-).
       2)   Kunci system karbon ( carbon system key )
       Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar  jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
       3)   Kunci system tusukan ( panprick system key )
       Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak perbedaannya ialah pada kunci sistem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban testee berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
       4)   Kunci berjendela ( window key )
       Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a)    Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong
b)   Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela
c)    Lembar jawaban teste diletakan dibawah  kunci berjendela
d)   Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan pencil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.
          Pada tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian skor pada tes obyektif ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:
·         a) Untuk tes obyektif ben true-false misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
       Adapun cara untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua macam rumus yaitu:
v  Rumus yang memperhitungkan denda yaitu:
S = R - W dibagi o - 1
    Dimana :
S = skor yang dicari              
R = jumlah jawaban benar          
W = jumlah jawaban salah  
o = option, jawaban yang kemungkinan benar or salah
1 = bilangan konstan
v  Rumus yang tidak memperhitungkan denda yaitu :
S = R
          (b) sedangkan untuk tes obyektif bentuk matching,fill in dan completion perhitungan skor akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga rumus yang digunakan yaitu :
S = R
          (c)  adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu dari dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak memperhitungkan denda.
v  Rumus perhitungan skor dengan memperhitungkan denda :
S = R - ( W dibagi o - 1 )

v  Sedangkan untuk rumus yang mangabaikan denda yaitu:
S = R
          Pada bentuk soal uraian objektif, biasanya langkah-langkah mengerjakan dianggap sebagai indikator kompetensi para peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pedoman penskoran dalam soal bentuk uraian objektif adalah bagaimana langkahlangkah mengerjakan dapat dimunculkan atau dikuasai oleh peserta didik dalam lembar jawabannya. Untuk membuat pedoman penskoran, sebaiknya Anda melihat kembali rencana kegiatan pembelajaran untuk mengidentifikasi indikator-indikator tersebut.

          Perhatikan contoh berikut.
Indikator : peserta didik dapat menghitung jarak sebenarnya kota Bogor-Bandung.
Soal: Pada sebuah peta dengan skala 1: 2000000 jika jarak kota Bogor-Bandung pada peta adalah 7,2 cm. berapa jarak kota Bogor-Bandung yang sebenarnya (dalam km)?

Tabel 1. Pedoman Penskoran Uraian Objektif
Langkah
Kunci Jawaban
Skor
1
Tulis rumus:
Jarak Sebenarnya = skala x skala peta
JS                          = 2000000 x 7,2 cm
JS                          = 14400000 cm
JS                          = 144 km
Jadi, jarak sebenarnya Bogor – Bandung adalah 144 km
1
2
1
3
1
4
1
5
1
Skor maksimum
5

          Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tulis), dengan secara lisan dengan tes perbuatan. Adanya tes hasil belajar tersebut sudah barang tentu menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan hasil-hasilnya.













BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
          Nilai merupakan hasil pengolahan skor (data mentah) yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan aturan atau kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan. Nilai dapat berupa bilangan (kuantitatif) dan berupa huruf atau kategori (kualitatif). Sedangkan, skor adalah bilangan yang merupakan data mentah dari hasil penilaian, belum diolah lebih lanjut (bersifat kuantitatif), tidak dapat diinterpretasikan.
          Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis),  secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan. Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil-hasilnya.

3.2. Saran
          Adanya evaluasi pendidikan, terdapat juga penilaian. Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa yang belum berhasil.
          Sebagai evaluasi bagi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran perlu dan pentingnya teknik pemeriksaan dan pembuatan skor hasil tes hasil belajar. Terutama, guru sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pemeriksaan hasil tes, pemberian skor, dan mengolah serta merubah skor menjadi nilai.





DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Mustar. 1990. Teknik-Teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung: Penerbit Jemmars.
Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:  PT  Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Rajawali Pers.

















“TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PEMBUATAN SKOR HASIL TES HASIL BELAJAR”

0 comments:

Post a Comment