MATA
KULIAH “EVALUASI PENDIDIKAN IPS”
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hasil tes belajar yang dilakukan oleh guru
menyelenggarakan tes hasil belajar secara tertulis (tes tertulis), ada juga
secara lisan (tes lisan) dan ada juga yang dengan perbuatan (praktek). Adanya
perbedaan penyelenggaraan tes hasil belajar tersebut, sudah barang tentu
menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan hasil-hasilnya (koreksi) dan
adanya pembedaan pula dalam rangka pemberian skor.
Menurut Depdiknas (2007: 4), penilaian
hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data
yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2.
Objektif, berarti penilaian didasarkan
pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3.
Adil, berarti penilaian tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
4.
Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik
merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti
penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara
berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian
didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9.
Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya
Sebagai pendidik (guru), untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu
sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus
mengetahui bagaimana cara atau teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak
didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan.
Dalam makalah ini, kami juga membahas bahwa
tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi
dua golongan yaitu tes hasil belajar tertulis bentuk uraian dan tes hasil
belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk tes hasil itu memiliki
karakteristik yang berbeda.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa
saja teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar?
2. Apa
saja teknik pembuatan skor hasil tes hasil belajar?
C.
Tujuan
Penyusunan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
maka tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar.
2. Untuk
mengetahui pembuatan skor hasil tes hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Skor dan Nilai
Menurut
Sudijono, Anas (2009) bahwa perbedaan antara skor dan nilai yaitu:
a. Skor
adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka
bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa, dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya.
b. Nilai
adalah angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah
dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta dengan menggunakan acuan/standar
tertentu, yakni acuan patokan dan acuan norma.
Dalam
istilah-istilah yang berhubungan dengan tes yaitu :
1.Tes
adalah alat atau prosedur ysng digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
2.Testing,
merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan atau saat pengambilan tes.
3.Testee
(tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang inilah yang akan
dinilai atau diukur kemampuan, bakat, minat, pencapaian, dan sebagainya.
4.Tester
(pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes
terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi.
Tugasnya adalah mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, membagikan lembaran
tes dan alat lain, menerangkan cara mengerjakan tes, mengawasi, memberikan
tanda waktu, mengumpulkan pekerjaan, mengisi berita acara atau laporan lain
yang diperlukan.
Terdapat juga, istilah bobot.
Bobot merupakan bilangan yang dikenakan
terhadap setiap butir soal yang nilainya ditentukan berdasarkan usaha siswa
(testi) dalam menyelesaikan soal itu. Tinggi rendahnya usaha dipengaruhi oleh
derajat kesukaran dan waktu yang diperlukan untuk menjawab soal yang bersangkutan
Menurut
Purwanto, Ngalim (1994) bahwa penilaian terdapat dua, yaitu
a. Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
Suatu penilaian disebut PAP jika
dalam melakukan penilaian itu mengacu pada suatu kriteria pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
Sebagai contoh, misalkan untuk
dapat diterima sebagai calon penerbang di sebuah lembaga penerbangan, setiap
calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 165 cm
dan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) serendah-rendahnya 130 cm. Berdasarkan
kriteria atau patokan itu, siapapun calon yang tidak memenuhi syarat-syarat
tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan diterima sebagai calon
penerbang.
b. Penilaian
Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok, nilai-nilai yang
diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang
termasuk di dalam kelompok itu.
Yang dimaksud dengan “norma” dalam
hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan
“kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Nilai hasil PAN
tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi
pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam
peringkat kelompoknya.
2.2.
Teknik
Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar
2.2.1.
Teknik
Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis
Tes hasil belajar yang
diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective
test = essay test) dan tes hasil belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes
hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu
teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula (Sudijono, Anas; 2009).
a. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil
Belajar Bentuk Uraian
Dalam pelaksanaan pemeriksaan
hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah
nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan
pada standar mutlak atau: (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai
hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
Apabila nantinya pengolahan
dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak
(dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi
individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh
testee dan membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2) Atas dasar hasil perbandingan tersebut,
tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian
kiri dari jawaban testee tersebut.
3) Menjumlahkan skor-skor yang telah
diberikan.
Adapun
apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar
relatif (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka
prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1
yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum
mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2) Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor
1 untuk seluruh testee.
3) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk
soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya
4) Setelah jawaban atas seluruh butir soal
yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah
penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan
penentuan nilai (Sudijono, Anas; 2009).
b. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Obyektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban
atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci
jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk
mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu
sebagai berikut (Sudijono, Anas; 2009).
1) Kunci berdampingan (strip keys)
Kunci jawaban berdamping ini
terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang
lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan
kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa, lalu
cocokkan, apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda
positif ( + ) dan apabila salah diberi tanda negatif (-).
2) Kunci system karbon ( carbon system key )
Pada kunci jawaban sistem ini
teste diminta membubuhkan tanda silang (
X ) pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban
yang telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon
kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga
ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar
lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
3) Kunci system tusukan ( panprick system key )
Pada
dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak
perbedaannya ialah pada kunci sistem ini, untuk jawaban yang benar diberi
tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban testee
berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada
dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4) Kunci berjendela ( window key )
Prosedur
kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a) Ambilah blanko lembar jawaban yang masih
kosong
b) Pilihan jawaban yang benar dilubangi
sehingga seolah – olah menyerupai jendela
c) Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela
d) Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis
vertikal dengan pensil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna
tersebut berarti benar dan sebaliknya.
2.2.2.
Teknik
Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Lisan
Pemeriksaan yang dilaksanakan
dalam rangka menilai jawaban – jawaban testee pada tes hasil belajar secara
lisan pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak
berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati,
melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing
mempunyai ciri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk bertindak kurang atau
bahkan tidak objektif (Buchori, Mustar, 1990).
Dalam hal ini, pemeriksaan
terhadap jawaban testee hendaknya
dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut :
a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
Pernyataan
tersebut mengandung makna “apakah jawaban yang diberikan oleh testee sudah
memenuhi semua unsur yang seharusnya ada dan sesuai dengan kunci jawaban yang
telah disusun oleh tester”.
b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
Mencakup
apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan kepada testee itu cukup lancar sehingga
mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan
kepadanya
c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan
Jawaban
panjang yang dikemukakan oleh testee
secara lancar dihadapan tester, belum tentu merupakan jawaban yang benar
sehingga tester harus benar – benar memperhatikan jawaban testee tersebut,
apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau
sebaliknya.
d. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Maksudnya,
apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan kebenarannya atau
tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee
secara ragu – ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai
materi yang diajukan kepadanya. Demikian
seterusnya, penguji dapat menambahkan unsur lain yang dirasa perlu dijadikan
bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam menghadapi
penguji/tester (Sudijono, Anas; 2009).
2.2.3.
Teknik
Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Perbuatan
Dalam tes perbuatan ini
pemeriksaan hasil-hasil tes nya dilakukan dengan menggunakan observasi
(pengamatan). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap
dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes tersebut diperlukan adanya
instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.
2.3. Teknik Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar
2.3.1. Pemberian Skor Pada Tes Uraian
Dalam
pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
(1)
apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan
didasarkan pada standar mutlak atau:
(2)
apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan
didasarkan pada standar relatif.
Apabila
nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan
pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada
prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Membaca
setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan membandingkannya dengan pedoman
yang sudah disiapkan.
2) Atas dasar hasil perbandingan tersebut,
tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian
kiri dari jawaban testee
tersebut.
3) Menjumlahkan skor-skor yang telah
diberikan.
Adapun
apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar
relatif (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka
prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1
yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum
mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2) Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor
1 untuk seluruh testee.
3) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk
soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya
4) Setelah jawaban atas seluruh butir soal
yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah
penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan
nilai (Sudijono, Anas; 2009).
2.3.2. Pemberian Skor Pada Tes Objektif
Memeriksa
atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan
jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat
dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut (Sudijono, Anas; 2009):
1) Kunci berdampingan ( strip keys )
Kunci
jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis
dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya
adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban
yang akan diperiksa, lalu cocokkan, apabila jawaban yang diberikan oleh teste
benar maka diberi tanda (+) dan apabila salah diberi tanda (-).
2) Kunci system karbon ( carbon system key )
Pada kunci
jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanda silang ( X ) pada salah satu
jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh
teste tersebut diletakan diatas lembar
jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester memberikan
lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat
diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran berarti salah
sedangkan yang berada didalam adalah benar.
3) Kunci system tusukan ( panprick system key )
Pada
dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak
perbedaannya ialah pada kunci sistem ini, untuk jawaban yang benar diberi
tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban testee
berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada
dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4) Kunci berjendela ( window key )
Prosedur
kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a) Ambilah blanko lembar jawaban yang masih
kosong
b) Pilihan jawaban yang benar dilubangi
sehingga seolah – olah menyerupai jendela
c) Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela
d) Melalui lubang tersebut kita dapat membuat
garis vertical dengan pencil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna
tersebut berarti benar dan sebaliknya.
Pada tes
obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan
istilah denda. Untuk pemberian skor pada tes obyektif ini dibagi menjadi 3
bentuk yaitu:
· a) Untuk
tes obyektif ben true-false
misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab
dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya
0 (nihil).
Adapun cara untuk menghitung skor
terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua macam rumus yaitu:
v
Rumus
yang memperhitungkan denda yaitu:
S
= R - W dibagi o - 1
Dimana :
S
= skor yang dicari
R
= jumlah jawaban benar
W
= jumlah jawaban salah
o
= option, jawaban yang kemungkinan benar
or salah
1
= bilangan konstan
v
Rumus
yang tidak memperhitungkan denda yaitu :
S
= R
(b) sedangkan
untuk tes obyektif bentuk matching,fill in dan completion perhitungan skor akhir pada umumnya tidak
memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga rumus yang digunakan yaitu :
S
= R
(c) adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu dari
dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak
memperhitungkan denda.
v
Rumus
perhitungan skor dengan memperhitungkan denda :
S
= R - ( W dibagi o - 1 )
v
Sedangkan
untuk rumus yang mangabaikan denda yaitu:
S
= R
Pada
bentuk soal uraian objektif, biasanya langkah-langkah mengerjakan dianggap
sebagai indikator kompetensi para peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai
pedoman penskoran dalam soal bentuk uraian objektif adalah bagaimana
langkahlangkah mengerjakan dapat dimunculkan atau dikuasai oleh peserta didik
dalam lembar jawabannya. Untuk membuat pedoman penskoran, sebaiknya Anda
melihat kembali rencana kegiatan pembelajaran untuk mengidentifikasi
indikator-indikator tersebut.
Perhatikan contoh berikut.
Indikator : peserta didik
dapat menghitung jarak sebenarnya kota Bogor-Bandung.
Soal: Pada sebuah peta dengan skala 1: 2000000 jika
jarak kota Bogor-Bandung pada peta adalah 7,2 cm. berapa jarak kota
Bogor-Bandung yang sebenarnya (dalam km)?
Tabel 1.
Pedoman Penskoran Uraian Objektif
Langkah
|
Kunci Jawaban
|
Skor
|
1
|
Tulis rumus:
Jarak Sebenarnya = skala x skala peta
JS
= 2000000 x 7,2 cm
JS
= 14400000 cm
JS
= 144 km
Jadi, jarak sebenarnya Bogor – Bandung adalah 144 km
|
1
|
2
|
1
|
|
3
|
1
|
|
4
|
1
|
|
5
|
1
|
|
Skor maksimum
|
5
|
Dalam
hal ini, tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tulis),
dengan secara lisan dengan tes perbuatan. Adanya tes hasil belajar tersebut
sudah barang tentu menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan
hasil-hasilnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Nilai
merupakan hasil pengolahan skor (data mentah) yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan
aturan atau kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan. Nilai dapat
berupa bilangan (kuantitatif) dan berupa huruf atau kategori (kualitatif).
Sedangkan, skor adalah bilangan yang merupakan data mentah dari hasil
penilaian, belum diolah lebih lanjut (bersifat kuantitatif), tidak dapat
diinterpretasikan.
Tes
hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), secara lisan (tes lisan) dan dengan tes
perbuatan. Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut
adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan
hasil-hasilnya.
3.2. Saran
Adanya
evaluasi pendidikan, terdapat juga penilaian. Dengan hasil penilaian yang
diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak
melanjutkan pelajarannya, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum menguasai
bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada
siswa yang belum berhasil.
Sebagai
evaluasi bagi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran perlu dan
pentingnya teknik pemeriksaan dan pembuatan skor hasil tes hasil belajar.
Terutama, guru sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pemeriksaan
hasil tes, pemberian skor, dan mengolah serta merubah skor menjadi nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, Mustar. 1990. Teknik-Teknik Evaluasi
dalam Pendidikan.
Bandung: Penerbit Jemmars.
Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi
Pendidikan . Jakarta:
Rajawali Pers.
“TEKNIK
PEMERIKSAAN DAN PEMBUATAN SKOR HASIL TES HASIL BELAJAR”
0 comments:
Post a Comment