Saturday, 9 January 2016

KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (UAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA - SDM) UAS

Pemimpin” adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan sesuai yang diinginkan (Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA, Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen Stratejik, hal.  4).  Dengan demikian, peranan pemimpin sangat dominan bahkan determinan dalam mencapai sasaran pokok organisasi dan mewujudkan visi. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus: (1) mampu membuat keputusan yang cepat, tepat di antara kepentingan yang berbeda-beda, (2) visioner, mampu membuat keputusan dan mampu mengantisipasi gejolak perubahan strategis masa depan, dan (3) mampu mengambil keputusan yang bermutu, karena mutu seorang pemimpin dapat dilihat dari mutu keputusan yang diambilnya.
Seorang Pemimpin harus memahami 6 “Leadership Style” agar kepempinan dia efektif yakni:
1.  Coercive Style, tipe ini suka nyuruh dan kurang direkomendasikan karena climate effectnya negative dan akan mematikan inovasi dan kreasi orang. Gaya pas untuk organisasi sedang menghadapi krisis, business habit yang buruk, dan problem people.
2. Authoritative Style, gaya ini cocok untuk any business situation dan most recommended, climatenya strongly positive, tipe yang mobilize people toward a vision. Dia mencoba memberikan pemahaman yang kuat ke karyawan bahwa antara hubungan pekerjaaan yang dia lakukan dengan visi perusahaan adalah selaras.
3.  Affiliate Style, tipe ini berusaha membangun ikatan yang kuat antara dirinya dengan karyawan dan berupaya menciptakan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan dan akan membangun loyalty, menciptakan suasana trust one another, dan digunakan untuk motivate people during stressful moment. Leader harus memiliki Emotional Intelligent dalam Communication dan Building Relationship yang tinggi sehingga climate yang terbentuk positive.
4.  Democratic Style, tipe ini mau meluangkan waktu untuk mendengarkan orang lain dan berusaha untuk menggali pendapat dan masukan dari karyawan serta create concensous through participant. Kekurangannya dapat meningkatkan conflict serta pemimpinnya harus kuat dalam communication, team ledership, collaboration dan climate yang terbentuk positive.
5.  Pacesetting Style, gaya ini adalah tipe idealis/perfectionis dan menganggap orang lain mampu seperti dirinya. Bisa cocok ketika mengharapkan quick result dan karyawan harus highly motivated dan sangat kompeten dan climate yang terbentuk negative.
6.  Coaching Style, tujuannya develop people for future dan berusaha membantu dan membimbing karyawan untuk perbaikan serta untuk tujuan jangka panjang. Gaya ini work when employee already aware of their weakness and would like to improve. Problem dari style ini adalah menyita waktu dan climate yang terbentuk positive.
Efektif atau tidak efektif seorang pemimpin ditentukan oleh dua faktor: (1) karakteristik kepemimpinan seperti yang dijelaskan dalam teori sifat kepemimpinan (trait theory) dan (2) karakteristik pribadi, seperti: kemampuan mental yang superior, kematangan emosi, dorongan emosi, ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan manajerial, dan ketrampilan kepemimpinan. 
Kepemimpinan itu sendiri adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada orang dan membujuk anggota organisasi agar bergerak menuju ke arah yang diinginkan. Hunt mendefinisikan kepemimpinan adalah kapasitas untuk memobilisasikan pengikut dalam berkompetisi atau dalam konflik kebutuhan potensial.
Secara perilaku, Covey (1992 p.34) memiliki gambaran karakteristik seorang pemimpin sebagai :
1) Seorang yang belajar seumur hidup. Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga informal. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2) Berorientasi pada pelayanan. Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik. Dalam lingkungan pegawai negeri sipil yang memiliki tugas sebagai pelayan masyarakat, budaya melayani harus menjadi ciiri pemimpin dalam organisasi publik.
3) Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi. Seorang pemimpin menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan. Untuk membangun hubungan baik dibutuhkan energi positif untuk. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.
Analisis Keterkaitan Kepemimpinan dengan Pengembangan SDM dengan SWOT model
SWOT analysis melaksanakan analisis dan diagnosis keunggulan strategis untuk mengidentifikasi dengan jelas kekuatan serta kelemahan pada waktu saat ini. Analisa SWOT juga mengkaji kelemahan di masa datang yang paling mungkin terjadi.
a. Strength / Kekuatan (S)
Ø Pemimpin Mempunyai wewenang penuh dalam pembuatan Regulasi
Ø Ketentuan/peraturan tentang pengembangan pegawai Jelas
Ø Sarana dan Prasarana Lengkap
b. Weakness / Kelemahan (W)
Ø Tingkat Disiplin Pegawai Rendah
Ø SOP antara satu pegawai dan lainnya masih tumpang tindih
Ø Pengetahuan pegwai tentang kebijakan yang diambil perusahaan masih rendah
c. Opportunities / Peluang (O)
Ø Banyaknya acara kegiatan pengembangan dari pihak luar seperti seminar dan loka karya.
Ø Perkembangan Informasi Diluar entitas tumbuh dengan sangat cepat
d. Threats / Ancaman (T)
Ø Persaingan dengan entitas lain dalam hal kinerja semakin disoroti publik
Ø Tingginya tingkat pengangguran menyebabkan tidak sehatnya persaingan dalam memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan hasil pembahasan formulasi strategi dengan menggunakan Analisis SWOT, maka prioritas strategi alternatif pengembangan SDM yang dapat dilakukan secara berurutan sesuai dengan kondisi eksternal internal adalah :
(a) Strategi Weaknessess Opportunities (W-O) yaitu dengan meningkatkan law enforcement terhadap penegakan disiplin kerja karyawan, termasuk kewajiban untuk selalu up dating pengetahuan sehingga meningkatkan kompetensi yang menunjang kinerja, dengan lebih tegas memberikan sangsi, karena kewajiban updating kompetensi sudah ada ketentuannya, sehingga untuk pegawai yang terbukti tidak ada perbaikan kinerja dan secara berturut-turut memperoleh penilaian dibawah standar dapat diganti dengan karyawan baru karena minat masyarakat menjadi pegawai masih tinggi. Namun secara umum program pelatihan terkait peningkatan kompetensi perlu ditingkatkan melalui kerja sama dengan lembaga/ konsultan bidang SDM.
(b) Strategi Strengths Opportunities (S-O) yaitu dengan mengembangkan dan sosialisasi PKO terkait pedoman SDM yang disesuaikan dengan perkembangan organisasi dan kebijakan melalui kerjasama dengan lembaga konsultan manajemen bidang SDM
(c) Strategi Strengths Threats (S-T) yaitu dengan memperbaiki pedoman dan tata cara penilaian kinerja pegawai.
(d) Strategi Weaknessess Threats (W-T) yaitu dengan melakukan perbaikan dan penyesuaian job description sesuai dengan regulasi tentang kualifikasi standar pegawai.
Pengambilan keputusan terjadi pada berbagai tahap kegiatan operasi, sejak penentuan jenis produk yang akan dibuat, kapasitas produksi, jenis fasilitas operasi, penggunaan sumber daya operasi, tingkat output, keputusan investasi, pengadaan material, sampai ke penetapan distribusi produk. Keadaan pada saat pengambilan keputusan bias bermacam-macam, dari situasi yang normal yang dan memiliki kepastian, tidak beresiko, sampai ke situasi yang penuh dengan ketidakpastian, atau mengandung resiko.
2.        Model untuk pengambil keputusan     
Model merupakan abstraksi dari kenyataan nyata. Model dibuat secara sederhana namun mengandung unsur-unsur utama dari suatu produk, proses atau system yang diwakili.
Model dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, model fisik, model skematik dan model matematika. Penjelasan lebih lanjut dari setiap model sebagai berikut :
1.             Model fisik
Model ini secara fisik menggambarkan obyek aslinya. Misalkan prototype suatu mobil, pesawat, kereta api dll.
1.             Model skematik
Model yang dinyatakan dalam bentuk skematik, diagram, grafik atau gambar dari suatu obyek. Model ini lebih simpel dan mudah dilakukan penyesuaian jika perlu perubahan.
1.             Model matematika
Model matematik menggunakan simbol, rumus atau persamaan yang menggambarkan proses atau sistem yang diwakili.
Teori keputusan adalah suatu pendekatan analitik untuk memilih alternative terbaik dari suatu keputusan. Teori keputusan bertujuan untuk memberikan alat bagi manajemen dalam rangka proses pengambilan keputusan.
Pada saat pengambilan keputusan secara tipikal terdapat tiga kondisi, yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepastian dari hasil (pay off) yang akan terjadi.
Tiga jenis kondisi yaitu :
1.             Ketidakpastian – mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan probabilitas setiap kemungkinan tidak diketahui.
2.             Berisiko – mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan probabilitas setiap hasil diketahui atau dapat diperkirakan oleh pengambilan keputusan.
3.             Kepastian – mengacu kepada situasi dimana hanya ada satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan hasil ini diketahui secara tepat oleh pengambilan keputusan.
 Contoh :PT Spektrum bermaksud berinvestasi dalam suatu proyek industri. Terdapat tiga alternatif proyek yaitu A, B dan C. Masing-masing proyek akan memberikanhasil yang berbeda tergantung dari kondisi perekonomian yang akan terjadi, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut

Tabel Hasil Investasi PT Spektrum
Alternatif proyek industri
Kondisi ekonomi
Baik
Tetap
Buruk
A
B
C
41
30
16
12
20
14
4
10
12
Pengambilan keputusan pada tiga jenis kondisi yaitu : ketidakpastian, berisiko dan kepastian.
a.       Pengambilan keputusan pada kondisi ketidakpastian, dibagi dalam kriteria pengambilan keputusan :
1)      Maximax – kriteria ini mencari hasil yang paling baik (maksimum) untuk setiap pilihan investasi dan kemudian membuat keputusan berdasarkan nilai maksimum dari hasil maksimum itu.
2)      Maximin – kriteria ini mencari alternatif yang maksimum dari hasil yang minimum dari setiap alternatif
3)      Sama Rata – kriteria sama rata (equally likely)/ laplace, memilih alternatif dengan rata-rata hasil tertinggi. Dimulai dengan menghitung rata-rata hasil untuk setiap alternatif, kemudian dipilih alternatif yang memberikan nilai rata-rata yang maksimum.
b.      Pengambilan keputusan pada kondisi berisiko
Kondisi berisiko berada diantara kondisi pasti dan tidak pasti. Pengambilan keputusan pada kondisi  berisiko (decision making under risk) mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan meskipun hasil tidak tahu pasti hasil apa yang akan diperoleh dari setiap alternatif, masih memiliki gambaran tentang probabilitas dari setiap kejadian.
Pengambilan keputusan jenis ini menrupakan situasi keputusan probabilistik, dan yang paling sering terjadi. Pendekatan yang paling banyak digunakan dalam situasi ini adalah dengan nilai harapan (expected value/EV)
Expected Value (EV) – menentukan harapan hasil untuk setiap alternatif dan memilih alternative dengan nilai harapan tertinggi. EV merupakan penjumlahan dari hasil untuk setiap alternatif dimana setiap hasil diberikan bobot berdasarkan probabilitas untuk keadaan yang relevan.


0 comments:

Post a Comment