Saya sebagai calon Istri, calon Ibu dari anak-anak saya kelak (cieee aja getuh).
Pendidikan di Indonesia perlu mendapat perubahan, tidak hanya menyoal tentang perubahan kualitas pendidikan tapi diikuti perubahan menghadapi globalisasi. Kenyataannya, gempuran teknologi memacu anak-anak bangsa ini menjadi "alien" di negeri sendiri. Banyak perubahan yang harus terjadi di Indonesia, paling banyak adalah menambahkan berbagai persoalan kehidupan didalamnya akibat globalisasi. Persoalan yang paling dikhawatirkan oleh para Orang Tua adalah :
1. Kurangnya pengetahuan agama anak-anak.
Hal ini mungkin yang dimaksud para orang tua dan "celoteh" sendiri dari mereka (selama mereka curhat disekolah dengan saya) dan adalah kurangnya kesadaran anak-anak untuk beribadah, jarang melaksanakan ibadah secara teratur dan taat (bagi umat Muslim seperti sholat 5 waktu, berpuasa Ramadhan, membayar zakat dll), ketidakmauan anak-anak untuk melaksanakan ibadahnya secara tepat waktu, ikut aktif berkegiatan di tempat ibadah, sering menutup telinga mereka ketika Ustad - Ustadzah - Pendeta (pemuka agama) sedang berceramah di tempat beribadah.
2. Makin gawatnya pergaulan anak-anak.
Orang tua sering bilang bahwa mereka tidak melihat anak mereka selama 2 hari dan kami sebagai pihak sekolah sering menanyakan keadaan mereka (karena anak mereka tidak masuk sekolah). Orang tua sampai menangis dan pingsan disekolah sambil mengatakan kalau anak mereka tidak berada dirumah, lepas dari pengawasan mereka. Mereka selalu berkata "Pasti karena kenal dengan teman Facebook, Twitter, di Chatting Warnet dll". Sebenarnya bukan urusan sekolah ketika anak sudah berada di lingkungan mereka. Setelah berhari-hari, anak-anak tersebut telah ditemukan, dan mereka kembali ke sekolah. Ketika sudah bersekolah, mereka juga ditanyakan kabar oleh para guru, dan anak-anak yang hilang berhari-hari tersebut paling sering mengatakan "bosen dirumah, saya kabur ketempat wisata yang jauh dengan teman facebook" - "mau kenalan lebih jauh dengan teman facebook karena dia adalah kekasih saya sekarang" - "keluarga saya terpecah karena ayahnya menikah lagi jadi dia pergi kerumah kekasihnya atau keluarganya dikampung". Kekhawatiran kami di pihak sekolah makin menjadi-jadi manakala gempuran teknologi membawa dampak luas dan anak-anak makin menurun prestasi dan kelakuannya disekolah.
3. Minimnya pengetahuan anak-anak terhadap seks bebas.
Sebenarnya, ini adalah curhat saya karena banyaknya anak perempuan di sekolah kami yang terpaksa kami keluarkan karena jarang masuk sekolah lagi. Ini alasannya karena "hamil duluan bersama kekasihnya" "dipaksa menikah oleh keluarganya" "anak perempuan tsb menjadi istri kedua, ketiga, keempat dll" "sudah ketahuan melakukan perilaku seks oleh orangtua dan segera dinikahkan dengan kekasihnya". Banyak pula anak laki-laki yang dikeluarkan karena jarang masuk sekolah dan mengalami masalah keluarga, karena pihak keluarganya sering curhat dan mengeluh disekolah "karena enggannya anak laki-laki tsb sekolah karena ingin menikah dengan kekasihnya"
Yang paling parah adalah kami sebagai seorang orang tua di sekolah makin menjadi tidak mudah, karena perilaku mereka yang kelewat "tidak normal" akibat pesatnya perkembangan teknologi. Seharusnya kami selaku guru juga mendapat pelatihan dan mengajarkan kembali ke anak-anak tentang INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS. Tanpa itu, bisa dibayangkan anak seusia mereka tidak mendapat informasi akurat karena mereka rentan mengalami perilaku menyimpang ataupun seks bebas. Atau bagaimana mencegah anak-anak ini dari penyakit menular seperti AIDS, HIV dan lain-lain. DALAM HAL INI, GURU TIDAK BOLEH MENUTUP AKSES INFORMASI ANAK-ANAK. Guru SEHARUSNYA MENDAMPINGI MEREKA DAN MEMBINA MEREKA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DAN KESEHATAN REPRODUKSI (Kalo kata-kata "membina" seperti narapadina penjara ya?hehehehe).
Hal-hal semacam diatas perlu program keberlanjutan, terintegrasi dari pusat ke daerah ke masing-masing sekolah, serius, dan harus ada dari waktu ke waktu.
4. Turunnya moralitas anak-anak.
Para orangtua sering mengeluh karena anak-anak mereka sulit menjadi pendengar yang baik dirumah, sering mencuri uang mereka disekolah, berkata-kata kasar kepada yang lebih tua, bertengkar dengan yang lain, tidak mau mengalah dengan yang lain, main pukul dengan pihak anggota keluarga lain - hey di sekolah juga!. Apakah ini karena lunturnya budaya bangsa Indonesia sebagai salah satu dari budaya Asia yang dikenal pendiam, dan selalu menurut terhadap orangtua? Well, saya tidak tahu, sebenarnya mereka sendiri yang tahu jawabannya. Apakah ini salah satu ciri turunnya keimanan dan moralitas agama anak-anak? Apakah perlu menambah jumlah jam pelajaran agama disekolah? Apakah perlu mewajibkan anak-anak untuk selalu ikut kegiatan ekstrakulikuler sesuai agama masing-masing dan ini wajib? Apakah harus mewajibkan anak-anak berpakaian muslim dan selalu memakai peci, sarung (bagi anak-anak beragama Islam) setiap hari? DAN PERTANYAAN-PERTANYAAN LAIN YANG SANGAT PUSING, MENJENGKELKAN, MENYEBALKAN, MEMBUAT KEPALA INI MAU PECAH DAN MENYERAH.
Thursday, 15 August 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment