Friday 31 May 2013

menghina ibarat penonton *versi 1

menghina ibarat penonton *versi 1

Kenapa kalo disaat kita sebagai manusia sedang dalam keadaan terpuruk (read: miskin). Kita sering "memojokkan" / "menghina" sesuatu padahal belom tahu kebenarannya.
Contoh neh yeeee,

si X dgn "kelebay-yannya" ngomong : "EH, RESTORANT S*LARI* DAN PIZZ* H*T ITU KAN HARAM, BELOM PUNYA LISENSI HALAL DARI MUI DAN LEMBAGA ISLAM LAINNYA"

gw dengan tampang cengar-cengir: "Oh", diam sejenak "emang iya?"

si X : "MAKANNYA GAK USAH DISANA TOH, DI WARTEG JUGA CUKUP, DEMI MENJAGA KESTABILAN EKONOMI PRO-RAKYAT"

gw pun melongos.

(Cckckkckckckk)
Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan pemirsa, tingkat level orang "menghina" orang lain itu sangat keterlaluan. Gak berprikemanusiaan. Ibarat KITA CIPTA-IN SEBUAH FILM, EEEHHHH DIPANDANG SEBELAH MATA ALIAS BIASA BANGET SAMA PENONTON, TAPI BEEEEEET SUSAH BANGET BIKIN FILM, CYINNN.

Teman si X tadi mungkin ga tahu bahwa walau termasuk restorant utk level ekonomi keatas tapi perusahaan itu menjunjung tinggi namanya - nama baik perusahaan dengan tetap memegang teguh pada citra serta kualitas makanan dengan berusaha semaksimal mungkin menjaga "silaturahmi" dengan MUI dan lembaga islam lainnya (dalam artian berusaha keras mendapatkan sertifikat halal dan lainnya) - (secara Indonesia mayoritas Islam penduduk dlm segi kuantitas penduduk), tapi emang yaaaaaaaa kadang2 tuh RESTORANT S*LARI* DAN PIZZ* H*T punya anak buah BEG* alias STUP*D nya gak ketolong, ngomongnya kurang ajar padahal lagi dekat2 tamu. Ada lagi, anak buah nya KAGAK HIGIENIS CUYYY, beeeeeeeeeeeh kotoran dan bau dimana-mana.

Fenomena Restoran apa ini? (LEBAY)

0 comments:

Post a Comment